Perkembangan isu yang sangat menarik dalam era Industri 4.0 terkait dengan VUCA. VUCA singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Volatility atau istilah dalam bahasa adalah volatilitas merupakan gambaran keadaan perubahan dengan cepat dari kondisi yang stabil menjadi tidak teratur. Dan bahkan bisa menyebabkan kondisi yang berbahaya jika diluar kontrol sebelumnya hingga biasa juga dapat disebut “ledakan perubahan diluar kendali”. Uncertainty atau dalam istilah Bahasa adalah ketidakpastian merupakan gambaran kondisi yang tidak tentu dan sulit diprediksi. Complexity atau istilah dalam bahasa adalah kompleksitas merupakan kondisi kompleks yang harus dihadapi di era industri 4.0 dengan suatu hal yang kompleks yang saling berhubungan satu dengan lainnya sehingga memerlukan ruang khusus untuk menghadapi situasi tersebut dilingkup implementasi yang harus diambil. Ambiguity atau istilah dalam bahasa adalah ambiguitas merupakan kondisi ambigu yang harus dihadapi. Ambigu yang dapat menyebabkan stress dan tekanan sehingga menciptakan kondisi tidak nyaman.
Untuk dapat menghadapi tantangan VUCA di era industry 4.0 ini, maka salah satu kompetensi yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh karyawan adalah Agility. Agility adalah bentuk kelincahan yang ada dalam diri seseorang. Agility adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat. Kemampuan untuk menghadapi perubahan cepat dengan situasi yang tidak pasti dan mampu menerapkan strategi dengan tepat. Sehingga karyawan dapat beradaptasi dengan perubahan, belajar dengan hal-hal yang baru dan mampu menciptakan inovasi baru untuk masa depan.
Mempersiapkan karyawan untuk dapat memiliki kompetensi Agility sangat penting. Hal ini merupakan kunci penting bagi perusahaan untuk dapat bertahan dan beradaptasi dalam era industry 4.0 ini. Pembelajaran untuk dapat memiliki kompetensi agility harus dilakukan oleh karyawan agar selalu siap dan dapat menjadi model pemimpin masa depan. Hal pertama perusahaan sebelum melakukan pengembangan kompetensi agility, maka ada baiknya kita dapat mengukur skala learning agility untuk mengetahui ukuran dan kebutuhan pengembangan level pembelajaran agility yang dapat diterapkan pada masing-masing karyawan. HROD perusahaan dapat memetakan kondisi agility karyawan sebagai analisa kebutuhan pengembangan yang tepat dan terarah.
HROD perusahaan dapat mengukur kemampuan agility seseorang menggunakan skala ukur yang dipersiapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disusun. Untuk contoh skala learning agility dapat diunduh dibagian bawah artikel ini.
Kemudian apabila HROD perusahaan telah melakukan asesmen terhadap skala learning agility, maka dapat ditentukan pengelompokan level kompetensi agility yang didapat. Dari hasil tersebut dapat diperoleh people agility pool dengan 4 kategory yaitu level agility 1, level agility 2, level agilty 3, dan level agility 4.
Arah pengembangan berdasarkan people agilty pool tersebut tentu saja berbeda-beda. Untuk level 1 dan 2, maka model pengembangannya dapat dimulai dengan memberikan pelatihan terstruktur. Namun untuk level 3 dan 4, maka model pengembangannya dapat dengan memberikan learning dan mentoring terkait dengan strategi transformasi dan perubahan individu, tim dan organisasi.
Dengan melakukan tahapan arah pengembangan yang terstruktur tersebut maka perusahaan dapat dengan mudah melakukan langkah terobosan dan strategi pengembangan SDM dengan cepat dan tepat. Arah pengembangan yang cepat, tentu saja perusahaan memerlukan orang-orang yang memiliki level agility 4 dan mereka siap untuk menghadapi tantangan VUCA. Arah pengembangan yang tepat, tentu saja perusahaan dapat memilih orang-orang yang tepat mana yang sudah siap dan mana yang akan dipersiapkan untuk masa depan perusahaan.