Istilah optimisme dalam bahasa asing sering disebutkan dengan istilah optimism, didefinisikan oleh ahli antropologi yang bernama Lionel Tiger (1979) sebagai perasaan atau sikap yang berkaitan erat dengan sebuah gambaran akan harapan-harapan sosial masa depan (Peterson, 2000).
Definisi optimisme yang dituliskan oleh Scheier and Carver (Rottinghaus dkk, 2005) yaitu “concept of dispositional optimism refers to a generalized expectation that good things will happen in the future”. Dijelaskan bahwa optimisme berupa gambaran perasaan atau harapan –harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi di masa depan nantinya.
Optimisme sebagai kecenderungan positif untuk percaya akan kejadian-kejadian hidup di masa yang akan datang. Optimisme termasuk dalam aspek kepribadian seseorang. Karakteristik optimisme, yaitu harapan besar bahwa sesuatu yang baik akan berlimpah-limpah di masa akan datang nantinya dan sesuatu yang buruk, tidak mungkin dijumpainya.
Optimisme digunakan untuk menyalurkan sikap positif atau kecenderungan berpikiran baik terhadap sesuatu yang akan terjadi. Orang yang optimis mampu menyalurkan sikap positif atau cenderung berpikiran positif terhadap apa yang akan terjadi di masa depan nantinya, dimana dapat mencapai tujuan dan harapan-harapan masa depan.
Pada saat anda memiliki sikap optimis maka terdapat energi tambahan yang mengisi di dalam pikiran, perasaan dan tindakkan yang didasarkan pada perbedaan antara harapan-harapan dan persepsi akan situasi yang akan terjadi. Optimisme dapat berupa sebuah gambaran atau harapan akan hasil dari tujuan yang bisa diraih di masa yang akan datang.
3 (tiga) sikap dasar yang membedakan orang optimis dan orang pesimis yang dituliskan oleh Seligman diantaranya, Pertama, orang yang optimis memandang kemunduran dalam hidup sebagai garis datar sementara dalam sebuah grafik. Memiliki pemikiran terbuka bahwa masa-masa sulit tidak berlangsung selamanya, tetapi hanya bersifat sementara dan memiliki keyakinan bahwa situasi pasti akan berbalik membaik. Pada dasarnya memandang kesulitan sebagai kesuksesan yang tertunda, bukan sebagai kekalahan telak. Kedua, orang optimis cenderung memandang kemalangan sebagai masalah yang situasional dan spesifik, bukan sebagai wujud petaka yang tidak terelakkan dan akan berlangsung selamanya. Ketiga, orang optimis tidak akan serta merta menimpakan semua kesalahan pada dirinya sendiri.
Orang optimis merasa yakin memiliki pengendalian atas masa depan dan mampu memelihara harapan-harapan akan masa depan. Oleh karena itu pentingnya memiliki sikap optimis akan membawa kita untuk memiliki gambaran berupa pemikiran positif (kognitif), perasaan, harapan-harapan positif terhadap tujuan yang dapat diraih nantinya. Ketika anda melihat segala sesuati dengan optimis maka dirasa mampu mempersepsi atau interpretasi terhadap hasil dari tujuan yang bisa diraih di masa yang akan datang. Itulah suatu hal yang membuta anda mempercayai hal-hal baik akan didapatkan.