Manajemen Stres di Tempat Kerja

Apa itu definisi dari stres?

Stres adalah suatu kondisi psikologis seseorang yang tidak normal ketika menghadapi suatu hal yang tidak menyenangkan. Stres adalah perasaan-perasaan negatif yang tidak menyenangkan dan dapat mengganggu atau menghambat individu untuk mengoptimalkan potensi diri untuk berprestasi dalam kehidupan organisasi.

Stres dialami atau tidak dialami oleh individu tergantung pada penerimaan subyektif terhadap kondisi, situasi atau peristiwa yang menjadi sumber stres.

Terdapat 2 (dua) jenis stres yaitu eustress dan distress. Eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhituntutan pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas dalam situasi kompetitif.  Distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis.

Bagaimana seorang karyawan bisa mengalami stres?

Munculnya stres dapat disebabkan oleh adanya berbagai sumber stres, diantaranya: kepribadian, lingkungan, dan interaksi antara kepribadian dan lingkungan.  Menurut pendapat ahli bahwa sumber stres kerja adalah interaksi hubungan yang tidak harmonis antara individu dan lingkungan kerjanya dalam organisasi, sehingga menimbulkan stres kerja. (Ivancevich, Matteson & Preston, 1982)

Stres di tempat kerja dapat muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang dirasakan terlalu menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki individu.  Sehingga akibat dari stres adalah produktivitas kerja menjadi turun.

Jika dikelola dengan baik, stres dapat meningkatkan kinerja seseorang dan kinerja tim. Stres yang dikelola positif mampu memunculkan tiga hal positif:

  1. Hubungan pribadi dapat ditingkatkan, seperti lebih menghargai teman dan keluarganya.
  2. Manusia mampu mengubah pandangannya tentang dirinya dalam berbagai cara, seperti memiliki perasaan yang semakin tinggi tentang kebijaksanaan dan kekuatan dirinya.
  3. Manusia mampu melakukan perubahan falsafah hidupnya, seperti kemampuan menghargai setiap hari baru yang dialaminya.

Kemudian apa yang harus dilakukan? Salah satunya melakukan manajemen stres. Manajemen stres mengacu pada tindakan dan inisiatif yang mengurangi stres dengan membantu individu memahami respon stres, mengenali stres, dan menggunakan suatu teknik yang berupaya untuk meminimalkan dampak negatif dari pengalaman yang menimbulkan stres.

Avoidant coping strategy dikenal juga dengan escape coping. Strategi ini digunakan oleh mereka yang stres dengan meminimkan atau menghindari situasi atau kejadian yang membuatnya stres. Misalnya menghindari atasan selama tugas yang diminta belum selesai dikerjakan guna menghindari tekanan berlebihan.

Problem solving coping strategy dikenal juga sebagai control coping atau task focused atau problem-solving coping. Strategi ini digunakan oleh mereka yang mencoba melakukan sesuatu yang konstruktif pada kondisi-kondisi yang menyakiti, mengancam atau menantangnya dengan cara mencoba menyadarkan orang-orang yang membuat mereka stres agar merubah perilakunya.

Emotional focused coping strategy dapat digunakan oleh kita yang mencoba mengatur emosinya ketika mengalami sebuah situasi atau kejadian yang penuh tekanan.  Seperti mengurangi perasaan stres dengan mengubah cara memandang sebuah situasi atau menurunkan ekspektasi sebuah outcome. Memiliki positive thinking yang merupakan  gambaran tentang ekspektasi akan hasil yang didapat positif atau upaya kognitif untuk menemukan hal-hal baik dalam situasi yang buruk.

Organisasi sebenarnya dapat membantu karyawan untuk bisa mengurangi tingkat stres yang dialaminya. Pertama, melakukan pengembangan kapasitas keterbukaan komunikasi dalam perusahaan. Kedua melakukan penciptaan sebuah lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi siapapun. Ketiga melakukan pengembangan kesadaran dalam diri pimpinan untuk memperlakukan semua anak buahnya dengan adil dan baik, tanpa pandang bulu. Keempat menciptakan iklim perusahaan yang kondusif dengan nilai-nilai perusahaan yang kolaboratif dan harmonis.