Kesehatan Mental Dan Upaya Untuk Meningkatkannya Di Tempat Kerja

Kesehatan Mental menurut seorang ahli kesehatan Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dengan baik, dalam mendayagunakan potensi-potensi yang dimiliki. Sehat mental berarti sehat secara emosional dan psikologis. Gejala-gejala yang tak lazim biasa muncul dalam diri seseorang ketika mengalami perubahan kesehatan mental antara lain: merasa takut mengenai kondisi kesehatan diri, ada perasaan cemas dengan kesehatan orang lain, ada perubahan pola tidur dan/atau pola makan yang dialami, merasa sulit tidur dan berkonsentrasi, muncul pikiran-pikiran negatif terhadap suatu hal yang belum terjadi. Dari gejala-gejala tersebut mari dapat melihat kondisi diri kita saat ini apakah mengalami hal-hal tersebut?  Jika anda mengalami maka tidak perlu khawatir dan tetap tenang untuk menghadapi hal tersebut.

Lantas bagaimana dengan kondisi kesehatan mental di Indonesia sendiri? Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (2018), menunjukkan prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%, sementara prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari 6,1% (2013) menjadi 9,8 % (2018). Artinya, sekitar 12 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas menderita depresi.  Terungkap di data bahawa 11,6–17,4% dari 150 juta populasi orang dewasa di Indonesia mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa stres kerja (Badan Pusat Statistik, 2014).  Faktor penyebab stres akibat kerja diantaranya usia, masa kerja, beban kerja, hubungan interpersonal, peran individu dan pengembangan karir.

Dalam kondisi kesehatan mental yang kurang baik, anda tidak perlu panik dan khawatir berlebihan.  Pada dasarnya yang pertama bahwa kita menyadari ada perubahan psikologis yang kita rasakan saat ini.  Ini merupakan sebagai awal kita menyadari bahwa kita harus memahami perubahan psikologis dalam diri kita dibandingkan kondisi sebelumnya.  Setelah kita menyadari kondisi tersebut maka kita dapat melakukan upaya-upaya untuk menumbuhkan kembali derajat kesehatan mental kita ke kondisi yang baik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Penyesuaian & Pertumbuhan Diri (Personal Growth),

Sejauhmana individu mampu beradaptasi dan tumbuh dengan perubahan baru yang menjadikannya rasa aman dan nyaman

2. Manajemen Emosi

Sejauhmana individu dapat mengelola emosinya dengan baik. Orang yang sehat mental maka dapat mengubah emosi negatif menjadi emosi positif. Sangat penting untuk mengenali dan mengelola mood.

3. Menciptakan Kepribadian Sehat

Dalam level ini, indivisu dapat terbebas dari gangguan psikologis dan gangguan mental berat. Hal yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehilangan jati diri (berpegang teguh pada konsep diri), mampu mengembangkan potensi dan bakat, memiliki keimanan pada Tuhan sebagai bentuk motivasi spiritual dengan ketenangan dan kedamaian.

4. Menciptakan Hubungan Interpersonal yang Sehat

Melakukan interaksi dengan orang lain atau kelompok sosial lain di sekitarnya sesuai dengan harapan dan tujuan. Ini penting karena dalam kondisi tertentu manusia secara ideal membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan/mencurahkan kondisi psikologis yang sedang dialami. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dengan kehidupan orang lain.

5. Coping Stress

Sejauhmana individu dapat mengelola stress dengan baik baik dengan cara merespon, mengurangi ketegangan dan menghilangkan stressor. Anda dapat memiliki kemampuan coping strees dengan baik dengan berbagai cara yaitu dengan merespon stres (minor) yang dihadapi, yang bisa dilakukan diantaranya:

  • Kontak fisik (dielus), makan, minum.
  • Menangis, tertawa, memaki.
  • Merenungi seorang diri.
  • Membicarakan dengan orang lain.
  • Melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (olah raga, jalan-jalan, main games, dll).
  • Melakukan problem solving agar stres tidak berkepanjangan.

Pada artikel ini, penulis akan mengajak pembaca untuk melatih mengelola stres dengan mengenali respon diri yang sesuai pada diri masing-masing.  Ini merupakan contoh sederhana dalam mengenali diri kita ketika dihadapkan pada situasi stres.  Nah, untuk bisa menemukan strategi yang tepat untuk coping stres yang sesuai dengan diri masing-masing, maka hal yang pertama kita harus melakukan asessmen diri terlebih dahulu dengan menilai pernyataan-pernyataan dibawah ini:

Berilah penilaian pada masing-masing pernyataan dibawah ini yang sangat sesuai dengan diri anda.  Beri nilai antara rentang skala 1 sampai dengan skala 7. Rentang nilai bergerak dari sangat tidak sesuai (1) sampai dengan sangat sesuai (7).

  1. Saya menjadi mudah marah.
  2. Kebiasaan hidup sehat saya terganggu.
  3. Saya sulit konsentrasi.
  4. Saya merasa lebih cemas dari orang lain.
  5. Perilaku tegang saya muncul lebih intens (menggigit kuku/ bibir, memainkan rambut, kaki bergerak saat duduk).
  6. Ingatan saya memburuk.
  7. Saya mudah merasa frustrasi dan tidak sabaran.
  8. Saya menjadi lebih mudah menangis dari biasanya.
  9. Saya jadi lebih membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan tugas pekerjaan dari biasanya.

Dari penilaian anda, lalu masukan pada tabel diatas sesuai dengan nomor urutan pernyataan diatas.  Misalnya untuk pernyataan nomor 1 saya menilai dengan skala 6 maka pada tabel diatas untuk nomor 1 ditulis angka 6. Dan seterusnya dilakukan hal yang sama sampai dengan nomor 9.

Jika anda sudah memasukan nilai tersebut kedalam tabel lalu jumlahkan masing-masing sesuai row tabel diatas.

Maka anda akan mendapatkan skor total nilai Er, Cr dan Br. Er = Emosional; Cr = Kognisi/Pikiran; Br = Perubahan Perilaku/Kebiasaan.  Bagaimana selanjutnya? Dari skor total masing-masing kelompok diatas, lalu kita lihat mana kecenderungan skor yang lebih tinggi diantara kelompok yang lain. Misalnya skor Er= 18, Cr= 13, Br= 10, maka dari data tersebit anda memiliki kecenderungan ke reaksi emosi ketika dihadapkan pada stresor.

Er menggambarkan kecenderungan seseorang ketika menghadapi stresor pada hal-hal yang bersifat reaktif/reaksi emosi langsung.  Kelompok ini bisa langsung berekpresi kaget, marah, kecewa, sedih, berteriak, tertawa, menangis dan reaksi emosi lainnya.

Cr menggambarkan kecenderungan seseorang ketika menghadapi stresor lebih pada menggangu pikiran ataupun pemikiran. Kelompok ini bisa langsung hilang konsentrasi, hilang arah, tidak fokus, memikirkan suatu hal yang bersifat negatif, cenderung memikirkan hal yang tidak-tidak, mudah terpengaruh pada stigma-stigma negatif.

Br menggambarkan kecenderungan seseorang ketika menghadapi stresor lebih pada menyebabkan perubahan perilaku secara nyata, baik disadari ataupun tidak disadari. Kelompok ini bisa terlihat seperti menggerak-gerakan kaki/tangan, bagian tubuh gemetar, ada juga yang melakukan kebiasaan perilaku seperti menggigit kuku tangan, memukul-mukul kepalan tangan, ada juga yang menghilangan kebiasaan baiknya seperti yang biasa suka olahraga menjadi malas berolahraga, malas makan, malas melakukan aktivitas biasanya.  Untuk kebiasaan individu yang merokok untuk menghilangkan stres, termasuk kelompok ini.

Hasil skor reaksi stres sebenarnya dapat membantu diawal dalam menemukan coping paling efektif untuk anda. Setelah Anda memahami seberapa jauh stres mempengaruhi fungsi (kognisi, emosi, dan perilaku) mental Anda, anda kemudian dapat membuat suatu strategi pengelolaan stress yang sesuai dan fokus. Dan upaya -upaya yang dapat dilakukan seperti yang telah dipaparkan diatas, anda dapat memulai mencobanya.